Wednesday, April 28, 2010

Donor Darah: Gaya Hidup Sehat

Semenjak dipimpin oleh Jusuf Kalla, Palang Merah Indonesia (PMI) lebih terasa keberadaannya. Semenjak itu pula, kata-kata “donor darah” semakin sering kita dengar diberbagai media, baik media cetak maupun elektronik.

Sebelum era kepemimpinan JK, barangkali kita hanya mendengar kata-kata donor darah ketika kita berada di rumah sakit. Itupun ketika ada salah seorang keluarga, famili, atau tetangga yang menjalani operasi.

(PMI) dibawah kepemimpinan Jusuf Kalla menargatkan mampu mengumpulkan 4 juta kantong darah. Hal ini sesuai dengan kebutuhan darah nasional yang mencapai 4 juta kantong per tahun. Sedangkan tahun lalu PMI hanya bisa mengumpulkan 1.7 juta kantong.

Untuk mencapai target tersebut, beberapa terobosan coba dilakukan oleh PMI. Salah satunya adalah dengan menjadikan donor darah sebagai gaya hidup, khususnya masyarakat perkotaan. Dengan menjadikan donor darah sebagai gaya hidup, diharapkan mampu meningkatkan kapasitas darah dan jumlah pendonor.

Sehubungan dengan hal tersebut, PMI akan membuka beberapa gerai PMI untuk kegiatan transfusi darah di pusat-pusat perbelanjaan di seluruh wilayah Indonesia. Dengan kehadiran PMI di mal, Jusuf Kalla berharap masyarakat yang mengisi libur dengan berbelanja dan jalan-jalan di mal bisa menyumbangkan darahnya untuk misi kemanusiaan.

“PMI juga akan bikin iklan. Saya sudah ketemu dengan artis dan produser iklannya. Saya minta mereka melakukan donor dengan membuat iklan. Orang TV juga saya minta donor, ya dengan memberikan slot untuk penayangan iklan. Jadi donor tidak harus selalu dengan darah.” Demikian yang dipaparkan oleh Jusuf Kalla sehubungan dengan rencana PMI untuk membuat iklan.

Hambatan dalam Donor Darah

Menjadikan donor darah sebagai gaya hidup bukanlah suatu usaha yang mudah. Selama ini, penulis melihat setidaknya ada dua hal yang menjadi hambatan masyarakat untuk mendonorkan darahnya. Pertama, pola pikir. Dalam masyarakat kita sudah tertanam suatu pemahaman bahwa setelah donor darah berat badan akan naik. Badanpun menjadi gemuk. Inilah yang menyebabkan keengganan masyarakat untuk rutin donor darah.

Mengenai hal ini pernah penulis tanyakan kepada petugas PMI. Sebenarnya, yang menyebabkan berat badan bertambah bukanlah karena donor darahnya, tapi karena nafsu makan yang bertambah. Setelah donor darah, biasanya nafsu makan akan bertambah. Jika kita mampu mengontrol nafsu makan, tentu kita tidak akan makan berlebihan yang pada gilirannya dapat menambah berat badan.

Kedua, minimnya fasilitas untuk donor darah. Selama ini untuk mendonorkan darah kita harus ke kantor PMI. Adakalanya kita berdomisili jauh dari kantor PMI. Untuk kesana diperlukan waktu luang dan biaya transportasi. Memang, selain langsung ke kantor PMI kita juga bisa mendonorkan darah melalui mobil-mobil unit PMI. Tetapi itu hanya bisa dilakukan ketika ada instansi atau lembaga yang sedang melakukan kegiatan donor darah, yang sifatnya temporer.

Kedua hal inilah yang selama ini menjadi hambatan masyarakat untuk merutinkan donor darah. Akibatnya, masyarakat hanya mau mendonorkan darahnya ketika ada keluarga atau famili yang akan dioperasi dan memerlukan darah untuk mengganti persediaan darah di PMI

Sosialisasi dan jemput bola

Apa yang dilakukan oleh Jusuf Kalla dengan mencanangkan beberapa terobosan baru dalam meningkatkan pengumpulan darah dan jumlah pendonor patut kita apresiasi. Rencana pembuatan iklan yang nantinya melibatkan artis dan selebritis diharapkan mampu mensosialisasikan kegiatan donor darah sebagai gaya hidup. Adanya kegiatan sosialisasi melalui iklan ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya donor darah sebagai gaya hidup yang sehat yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan.

Disamping itu, pengangkatan Jusuf Kalla sebagai pimpinan baru PMI, sedikit banyak mempunyai pengaruh yang besar dalam kegiatan sosialisasi donor darah. Kapasitas Jusuf Kalla sebagai mantan Wakil Presiden yang juga mantan Ketua Umum Golkar yang notabenenya merupakan tokoh negara, diharapkan menjadi “magnet” yang kuat untuk menarik kesadaran masyarakat untuk mendonorkan darahnya dan sekaligus menjadikannya sebagai gaya hidup.

Pembukaan beberapa gerai PMI untuk kegiatan transfusi darah di pusat-pusat perbelanjaan di seluruh wilayah Indonesia, merupakan suatu bentuk “jemput bola” yang dilakukan oleh PMI. Adanya gerai-gerai PMI di pusat-pusat perbelanjaan yang banyak dikunjungi oleh masyarakat, memudahkan masyarakat untuk mendonorkan darahnya. Mereka tidak perlu lagi harus ke kantor PMI. Bahkan bagi masyarakat yang belum pernah donor darah, akan tertarik untuk mencobanya.

Adanya sosialisasi dan pembukaan gerai-gerai PMI di pusat-pusat perbelanjaan diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mau mendonorkan darahnya sekaligus menjadikannya sebagai gaya hidup yang sehat yang bernilai kemanusiaan. Kedepan kita berharap, PMI mampu memenuhi target untuk mengumpulkan 4 juta kantong darah per tahun. Dengan demikian, ketika ada keluarga atau famili yang akan dioperasi, kita tidak perlu repot-repot lagi untuk mencari donor pengganti.

No comments:

Post a Comment

 
Increase Page Rank


Pasang Iklan Gratis


Search Engine Optimization and SEO Tools